Jumat, 08 Mei 2009

Sebab-Sebab Futur

Yang dimaksud dengan sebab-sebab disini, yaitu jalan-jalan yang mengantarkan kepada lemahnya iman seorang hamba ketika sebelumnya dia kuat. Dan ini merupakan sarana-sarana yang bisa merusak kokohnya bangunan agama didalam hatinya hingga dia menginginkan kekejian dan kehinaan, bermain-main dengan syahwatnya, bergelora hasratnya, dan dia merasa berat terhadap setiap perkara yang berkaitan dengan urusan agama dan ibadahnya.

Sebab pertama : Seorang hamba tidak mengoreksi keimanannya dari sejak dini, dari sisi bertambah atau berkurangnya.
Oleh karena itu, sesuangguhnya wajib bagi seorang mukmin apabila dia melihat imannya berkurang atau merasakan sesuatu dari indikasi futur, hendaklah ia berbekal dengan sebab-sebab bertambahnya keimanan, dan mengetahui tentang faktor-faktor pendukungnya

Abu Darda' mengatakan, "Termasuk kepandaian seorang hamba bahwa dia mengontrol keimanannya dan apa saja yang menguranginya dan termasuk kepandaiannya, dia mengetahui apakah bertambah atau berkurang (imannya)."

Sebab Kedua : Jahil terhadap sesuatu yang Alloh janjikan bagi orang-orang yang bertaqwa, yaitu tentang surga, atau pura-pura bodoh, lupa dan tidak mengingatnya seketika itu. Apabila seseorang tertimpa sesuatu dari perkara ini, maka dia akan futur dari beribadah dan malas darinya.

Sebab Ketiga : Menganggap sepele siksaan-siksaan dunia dan meremehkan adzab akhirat.
Jika seorang muslim tidak menggubris petaka yang mengancam dirinya didunia dengan sebab dosa yang menerpanya, atau kesalahan yang dilanggarnya, maka dia tetap berada diatas jalan (keburukan tsb) tanpa peduli dengan akibat yang ditimbulkan dari perbuatan ini.

Sebab Keempat : Bergelimang dengan dunia dan perhiasannya, dan terpedaya dengan kenikmatannya yang akan sirna. Dan sesungguhnya dunia itu merupakan fitnah yang sangat besar, yang mampu menggeser kondisi seseorang hamba yang kokoh kepada futur.
Sesungguhnya kita harus mengetahui bahwa masa-masa hidup didunia adalah bagaikan mimpi orang yang terlelap tidur. Jika dia tertawa sedikit, niscaya dia banyak menangis.

Sebab Kelima : Panjang angan-angan, dan ini adalah perkara yang memadamkan semangat, dan melemahkan kekuatan, ia merupakan kawannya at-taswiif (sikap menunda-nunda amal) dan at-ta'jil (sikap mengulur-ulur waktu), dan ia merupakan kekasih orang-orang yang lemah dan tak berguna, serta musuh orang-orang yang bertaqwa lagi mulia.

Sebab Keenam : Seseorang membebani dirinya dalam hal ibadah, yaitu dengan sesuatu yang dia tidak mampu memikulnya secara kebiasaan. Oleh karena itu, seorang mukmin sudah sepatutnya mengerjakan amalan sesuai dengan kemampuannya, hingga dia tidak dijangkiti dengan sifat bosan, jenuh, yang penghujung semua ini adalah ditinggalkannya amalan.

Sebab Ketujuh : mengada-adakan bid'ah dalam agama. Karena sesungguhnya syariat yang asing ini bukanlah hasil produk manusia, bahkan hukum-hukumnya merupakan ketetapan Ilahi, sumbernya adalah wahyu. Dan hal ini sungguh merupakan sebab yang samar diantara sebab-sebab futur.

Sebab Kedelapan : Teman yang jelek, yaitu teman duduk yang menimpakan penyakit futur. Tatkala terlintas didalam benaknya keinginan untuk tetap kokoh, bertekad untuk berada diatas bimbingan, maka teman yang jelek ini memfitnahnya dengan propaganda baru yang bermuara dari hawa nafsu dan dari berbagai bentuk kerusakan.
Alloh Maha Besar..., betapa banyak dari teman jelek yang telah menghancurkan inti kebaikan didalam jiwa-jiwa sebagian besar manusia...sia-sia, main-main, ghibah, namimah, memandang kepada yang haram, menyepelekan agama, memperolok-olok orang yang sholih, membunuh waktu dan menyia-nyiakan syariat.
Dan diantara obat yang paling bermanfaat terhadap iman yang lemah adalah duduk bersama orang sholih yang mengingatkan seorang muslim tatkala dia lalai, dan membantu dia untuk taat kepada Robbnya.

Sebab Kesembilan : Menyendiri dan mengasingkan diri. Karena sesungguhnya seorang muslim manakala menyendiri, maka dia tidak mengetahui mana yang benar dan mana yang salah.
Engkau melihatnya berjalan dalam keadaan meraba-raba lantaran kebutaannya, dengan tanpa penuntun yang akan menuntunnya, dan tanpa pembimbing yang akan membimbingnya. Maka syaithan mudah sekali menggiringnya untuk memiliki sikap meremehkan dan mengikuti hawa nafsu. Sementara telah datang pengajaran-pengajaran nabawiyyah yang memerintahkan agar berpegang teguh dengan jama'ah.

Sebab Kesepuluh : Tidak mengenal Alloh secara utuh dan jahil terhadap keagungan-Nya didalam jiwanya. Dan barangsiapa yang jahil terhadap Alloh, maka sungguh telah tercabut rasa malu dari dirinya terhadap Penciptanya subhanahu wa ta'ala.

Sebab Kesebelas : Meremehkan dosa-dosa kecil dan menyepelekan siksaannya. Maka tidaklah perkara tsb diremehkan melainkan disana ada malaikat yang mencatatnya.

Sebab Keduabelas : Bergantung (taklid) dengan orang-orang sholih yang masih hidup dalam hal komitmen terhadap agama. Dan sesungguhnya ini merupakan cikal bakal rusaknya agama seseorang dari arah yang dia tidak sadari. Sesungguhnya wajib bagi kita untuk meneladani Nabi sholallohu 'alaihi wasallam didalam seluruh ibadah kita, dan meneladani pendahulu kita yang merupakan orang2 pilihan.

Sebab Ketigabelas : Tersibukkan dengan ilmu-ilmu dunia semata.

Sebab Keempatbelas : Lalai dari mengintrospeksi dirinya. Apakah kita pernah berpikir sejenak, pernahkah kita mengintrospeksi apa yang bersumber dari ucapan dan perbuatan kita ? Adakah kita berusaha pada hari ini untuk menghitung-hitung kesalahan-kesalahan kita sebagaimana kita menghisab kebaikan-kebaikan kita ? Bahkan adakah kita merenungi bahwa ketaatan kita sebagiannya tidak luput dari riya', sum'ah ? Lantas bagaimana kita datang kepada Alloh sementara kita tidak berupaya untuk mengintrospeksi diri.

- dinukil dari buku "Akhi...Ayo Ngaji Lagi!" karangan Dr. Faishal bin Su'ud Al-Haliby, Penerbit Al Husna -

0 komentar:

Posting Komentar